MAKALAH
KIMIA LINGKUNGAN
“ KIMIA ATMOSFER “
OLEH KELOMPOK V:
1) DORTHEA MARIA
W. NAY
2) AVANDER NUBAN
3) MARLINDA D.
NIFU
4)
GAUDENSIUS P. DE PASIONIS
5) JEFRIANUS
NGAGO
6) ZADRACK D. NAIOBES
7)
AGRIANI S. LOOK
8)
JERNARD A. MBORO
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NUSA CENDANA
KUPANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya,
makalah dengan judul “KIMIA ATMOSFER” dapat diselesaikan pada
waktunya.
Makalah ini membahas tentang Kimia
Atmosfer yang merupakan salah satu bagian dari Kimia lingkungan. Atmosfer
merupakan selimut pelindung yang memelihara kehidupan di bumi dan sangat
berperan penting dalam menjaga keseimbangan panas bumi. Beberapa unsur penting
yang perlu diketahui berkaitan dengan sifat dan susunan atmosfer, pembagian
wilayah atmosfer sampai pada bahan kimia dan reaksi-reaksi fotokimia dalam
atmosfer sehingga dapat memberikan
wawasan lebih luas mengenai atmosfer yang sangat berperan penting dalam proses
kehidupan di muka bumi ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik, saran dan berbagai masukan yang
membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
\
Kupang, September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................
i
DAFTAR
ISI...........................................................................................
ii
BAB
I. PENDAHULUAN.......................................................................
1
A.
Latar Belakang...................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................
2
C.
Tujuan................................................................................................
2
BAB
II. PEMBAHASAN........................................................................
3
1.
Sifat dan Susunan
Atmosfer..............................................................
3
2.
Pembagian Wilayah
Atmosfer............................................................
4
3.
Keseimbangan Panas Bumi................................................................
6
4.
Bahan Kimia dan Reaksi-Reaksi
Fotokimia Dalam Atmosfer...........
7
BAB
III. PENUTUP................................................................................
17
Kesimpulan........................................................................................
17
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................
18
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kimia atmosfer adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari lebih mendalam
mengenai atmosfer bumi dan planet-planet lain. Bidang multidisiplin ini
melibatkan kimia lingkungan, fisika, meteorologi, pemodelan
komputer,
oseanografi, geologi, vulkanologi, dan disiplin-disiplin lainnya.
Riset-riset yang dilakukannya semakin berhubungan dengan bidang ilmu lain seperti
klimatologi.
Planet
bumi terdiri dari berbagai lapisan antara lain: Litosfer, Hidrosfer, dan
Atmosfer. Atmosfer merupakan selimut pelindung yang memelihara kehidupan di
bumi. Atmosfer merupakan sumber oksigen bagi pernafasan dan sumber
karbondioksida bagi reaksi fotosintesis. Sebagai komponen dasar dari siklus
hidrologi, atmosfer menjadi media transport air dari laut ke daratan.
Atmosfer
memiliki fungsi sebagai pelindung utama kehidupan di bumi karena dapat menyerap
banyak sinar kosmik dari angkasa luar, selain itu dapat menyerap radiasi
elektromagnetik dari sinar matahari. Hanya radiasi dalam daerah panjang
gelombang 300 – 2500 nm dan 0,01 – 40 m ditransmisikan ke berbagai keadaan yang
cocok oleh atmosfer.
Atmosfer
penting dalam menjaga keseimbangan panas di bumi dengan kemampuannya untuk
menyerap radiasi infra merah yang datang dari matahari yang kemudian
dipancarkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah. Atmosfer melakukan stabilisasi
suhu di permukaan bumi.
Di
samping fungsi yang cukup banyak dari atmosfer, disisi lain atmosfer menampung
berbagai bahan pencemar yang dihasilkan terutama oleh kegiatan manusia. Hal ini
dapat menyebabkan kualitas atmosfer menurun yang akhirnya akan memeberikan
dampak negatif bagi keseluruhan makhluk hidup dan kemungkinan menyebabkan
perubahan-perubahan sifat atmosfer itu sendiri. Oleh karena itu, penulis
menganggap penting untuk memberikan informasi yang luas tentang atmosfer yang
dibahas dalam makalah ini sehingga dapat \memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang atmosfer guna menjaga kestabilan kehidupan di bumi.
B. RUMUSAN
MASALAH
Adapun masalah yang
dibahas dalam makalah ini, yaitu:
·
Bagaimana pembagian
wilayah atmosfer dan karakteristiknya?
·
Bagaimana keseimbangan
panas bumi dapat terjaga?
·
Mengapa oksigen di
atmosfer yang lebih tinggi berbeda dengan di atmosfer yang lebih rendah?
C. TUJUAN
Tujuan dalam pembuatan
makalah ini, yaitu:
·
Untuk mengetahui
pembagian wilayah atmosfer dan karakteristiknya.
·
Untuk mengetahui proses
terjaganya keseimbangan panas bumi.
·
Untuk mengetahui
mengapa oksigen di atmosfer yang lebih tinggi berbeda dengan di atmosfer yang
lebih rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. SIFAT
DAN SUSUNAN ATMOSFER
Atmosfer merupakan
media penerima dan perjalanan gas-gas buang atau bahan pencemar, terutama pada
lapisan troposfer. Troposfer meliputi ruang mulai permukaan bumi sampai
ketinggian
10
Km dengan volume
5,1 x 109 km3 lapisan
ini mengandung sekitar 75% dari massa atmosfer.
Atmosfer
atau udara merupakan campuran berbagai macam gas yang bersifat homogen. Susunan utama dari
udara kering adalah 78,09% nitrogen, 20,95% oksigen, 0,93% gas gas mulia dan
0,03% karbondioksida dan beberapa gas lainnya dalam jumlah yang sangat kecil
seperti terlihat dalam tabel
Table
1. Komponen Renik Dalam Lapisan Troposfer Normal
Senyawa
|
Rumus
|
Konsentrasi (mg/m3)
|
Senyawa Karbon
Metana
Karbon Monoksida
Terpen
Formal Dehid
Senyawa Halogen
Metal klorida
Karbon tetraklorida
Freon 12
Freon 11
Senyawa Oksigen
Ozon
Senyawa Nitrogen
Dinitrogen oksida
Ammonia
Asam nitrat
Nitrogen oksida
Senyawa Belerang
Belerang dioksida
Hydrogen sulfide
|
CH4
CO
(C5H8)n
CH2O
CH3Cl
CCl4
CF2Cl2
CFCl3
O3
NH3
HNO3
NO/NO2
SO2
H2S
|
900
70-230
3-30
<12
1
0,6-1,6
1
0,7
20-60
600
4-14
7,5
3-11
<0,3
|
Kelimpahan
gas renik yang paling banyak adalah metana, CH4. Hampir seluruh gas
tersebut yang terkandung dalam udara dihasilkan dari fermentasi dari bakteri
anaerob dalam lahan basah dan daerah peternakan sedangkan yang berasal dari
kegiatan manusia hanya kurang dari 10% dari gas metana total.
Sulfur dioksida dan hydrogen sulfida
juga komponen biasa terdapat di atmosfer hanya H2S dengan cepat
teroksidasi menjadi SO2. Kebanyakan dari H2S dihasilkan
dari reduksi sulfat oleh mikroba,
meskipun gunung berapi merupakan sumber yang signifikan.
Sekitar 3% dari total massa atmosfer
bagian bawah atau troposfer adalah
uap air, meskipun konsentrasinya dapat berubah-ubah tergantung oleh ruang dan
waktu. Pada umumnya, di daerah yang lebih panas mengandung lebih banyak uap
air. Kandungan uap air menjadi lebih rendah dengan kenaikan ketinggian dari
permukaan bumi. Uap air memegang peranan cukup penting dalam pertukaran panas bumi dan
pergerakan atmosfer, disebabkan
oleh kapasitas kalor yang tinggi, penyerapan radiasi infra merah dan kalor
penguapan.
Densitas dari atmosfer berkurang secara
tajam dengan berkurangnya altitude sebagai konsekuensi dari berkurangnya
gas-gas dan gaya berat lebih dari 99% total massa atmosfer terdapat di
permukaan bumi sampai kurang lebih 30 km, dan total massa dari atmosfer kurang
lebih 5,14 x1015 metrik ton.
Karakteristik dari atmosfer sangat luas,
terutama yang disebabkan ketinggiannya. Faktor-faktor
lainnya yang menyebabkan perbedaan karakteristik tersebut adalah iklim, waktu,
garis lintang atau latitude dan bahakan aktifitas solar. Temperatur atmosfer sangat bevariasi
mulai dari yang terendah -1380C samapai 1700oC. Tekanannya menurun tajam
dari 1,00 atm pada permukaan laut. Dengan adanya perbedaan temperatur dan
tekanan tersebut maka sifat kimia dari atomesfer sangat berbeda yang disebabkan
oleh perbedaan altitude atau ketinggian.
2.
PEMBAGIAN WILAYAH
ATMOSFER
Sifat- sifat kimia dan reaksi-reaksi di
dalamnya sangat ditentukan oleh karakteristik fisik atmosfer seperti suhu,
tekanan. Terjadinya perbedaan tekanan dan suhu atmosfer disebabkan oleh adanya
perbedaan altitude dan latitude. Hal ini yang menyebabkan adanya pembagian
wilayah atmosfer bumi.
Atmosfer bumi dibagi menjadi berbagai
wilayah yang berbeda dan pembagian ini tergantung pada sistem klasifikasinya.
Pembagian yang umum didasarkan pada bagian bawah (lower atmosfer), kurang lebih sampai ketinggian 50 Km dan atmosfer
bagian atas (upper atmosfer) yaitu
> 50 Km sampai batas gaya tarik bumi. Bahan- bahan kimia yang terdapat di
kedua wilayah ini sangat berbeda juga
reaksi-reaksi yang terjadi didalamnya. Klasifikasi lain didasarkan pada wilayah
homosphere yang mempunyai kandungan
bahan dengan variasi sedikit dan heterosphere yang mempunyai komposisi
dengan variasi yang cukup banyak.
Sistem pembagian wilayah atmosfer yang
paling umum digunakan didasarkan pada perbedaan temperatur dengan ketinggian (altitude).
Karakteristik dari perbedaan temperatur ini dapat dilihat pada table 2.
Table 2. Pembagian Wilayah Atmosfer dan
Karakteristiknya
Wilayah
(Region)
|
Suhu
(oC)
|
Altitude
(Km)
|
Spesi
bahan Kimia
|
Troposfer
Stratosfer
Mesosfer
Thermosfer
|
Sampai
-56
-56
sampai -2
-2
sampai -92
-92
sampai 1200
|
0
sampai (10-16)
(10-16)
sampai 50
50
sampai 85
85
sampai 500
|
N2,
O2, CO2,
H2O
O3
O2,
NO+, O2, O+, NO+
|
Karakteristik dari troposfer adalah terjadinya penurunan
suhu dengan adanya kenaikan altitude, dengan
adanya penambahan jarak dari radiasi panas bumi. Dengan ketiadaan pencemaran
udara komposisi troposfer sangat homogen, tetapi
kandungan air di troposfer sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh
pembentukan awan, pengendapan, dan penguapan dari air yang berasal dari daerah
terrestrial dan badan-badan air.
Lapisan yang paling
dingin suhunya di Troposfer dikenal sebagai Tropopause.
Hal ini disebabkan adanya kondensasi dari air menjadi parikel-partikel gas.
Kejadian ini menghindarkan air mencapai ketinggian dimana akan terjadi fotodissosiasi air oleh sinar ultra
violet berenergi tinggi sehingga terbentuk gas hidrogen yang cukup tinggi di
atmosfer dan sebaliknya akan kekurangan air.
Stratosfer
dicirikan dengan terjadinya kenaikan temperatur sesuai dengan kenaikan
altitude. Kenaikan temperatur ini sebagai akibat dari adanya lapisan ozon, O3 yang mencapai
konsentrasi volume 10 ppm dipusat daerah stratosfer. Ozon mengabsorbsi energi dalam bentuk sinar ultra
violet dan menyebabkan kenaikan temperatur. Temperatur maksimum tercapai pada
lapisan teratas dari stratosfer.
Dengan kenaikan
altitude di mesosfer terjadi penurunan
kembali dari temperatur yang disebabkan oleh penurunan tingkat radiasi yang
diabsorbsi spesi-spesi, terutama oleh ozon pada altitude yang lebih tinggi dari
mesosfer dan diatasnya, molekul-molekul adan atom-atom spesi dapat keluar
secara sempurna dari atmosfer bumi (daerah ezosfer) dan temperature maksimum
dapat mencapai
1200 oC didaerah termosfer.
Tekanan atmosfer
(tekanan udara) menurun sebagai fungsi eksponensial dari altitude. Secara
ideal, tanpa adanya bahan-bahan pencemar dan pada temperatur konstan absolut,
T, tekanan pada berbagai altitude/ketinggian Ph dinyatakan dalam persamaan eksponensial :
Ph = POe Mgh/RT
Dimana :
Ph =
tekanan udara pada altitude 0 (permukaan laut)
M
= rata-rata berat gram molekul dari udara,
yaitu 28,97 g/mol di troposfer
g =
gravitasi (981 cm sec-2 pada permukaan laut)
h
= altitude dalam cm
R = kontanta gas (8,314 x 107
erg deg-1 mol -1)
Untuk
konsistensi, satuan dari persamaan tersebut digunakan sistem cgs
(centimeter-gram-second), meskipun untuk
ketinggian biasanya pengukuran dilakukan dalam meter
atau km, oleh karena itu perlu ada konversi ketinggian menjadi cm dengan jalan
adanya perkalian yang sesuai dengan faktor tersebut.
Penurunan
tekanan dinyatakan dengan factor e-1
untuk setiap penambahan altitude yang
sesuai dengan skala ketinggian yang
dinyatakan sebagai RT/mg. Pada rata-rata temperatur permukaan laut 288 oK,
skala ketinggian adalah 8 x 105 cm atau 8 km, dan pada altitude 8 km
tersebut tekanan hanya mencapai
39 % dari tekanan pada permukaan laut.
Untuk
memberikan gambaran yang lebih baik dan adanya variasi dari tekanan karena
altitude persamaan eksponensial tersebut dikonversi dalam bentuk logaritma
(dasar 10), dan h diukur dalam km (kilometer)
Log Ph = log
Po –
Bila
tekanan pada permukaan dianggap 1,00 atm, persamaan dapat disederhanakan
menjadi,
Log Ph = -
3.
KESEIMBANGAN PANAS BUMI
Matahari
adalah sumber utama dari semua energi yang sampai ke bumi. Energi radiasi dari
matahari meliputi semua spektrum elektron magnetik. Meskipun demikian yang
terbanyak adalah sekitar cahaya tampak, yaitu antara gelombang 0,4
. Dengan adanya jarak bumi dengan
matahari, setiap 1 meter persegi dari area yang terkena aliran radiasi matahari
(solarflux) menerima 19,2 kcal energi per menit atau 1,34 x 103 watt/m2.
Bila seluruh energi ini mencapai permukaan bumi maka bumi akan menguap sejak
dulu. Oleh karena itu terdapat berbagai factor yang cukup kompleks yang turut
terlibat dalam menjaga keseimbangan panas di bumi.
Radiasi
matahari yang masuk ke atmosfer bumi,sekitar 20-30 % dipantulkan kembali ke
ruang angkasa, dibiaskan oleh atmosfer dan
partikel-partikel padat yang terdapat di atmosfer atau oleh permukaan
bumi. Pada umumnya rata-rata refleksi
atau albedo dari permukaan dan
atmosfer sebesar 35%. Besarnya albedo ini ditentukan oleh daerah dan
sifat-sifatnya. Daerah yang tertutup es/salju pada daerah kutup mempunyai albedo yang tinggi, tetapi di
daerah lautan rendah, karena kebanyakan energi diserap.
Sekitar
20% dari energi radiasi diserap begitu masuk melewati atmosfer. Ozon menyerap
sekitar 1,3%, terutama dalam bagian gelombang pendek ultra violet. Pada
troposfer, sekitar 17-19% dari yang masuk diserap terutama oleh uap air dan CO2.
Penyerapan atmosfer total terhadap radiasi dengan panjang gelombang 0,3-0,7
tidak sangat besar dan umumnya masuk secara
efektif melalui lubang “transparan” dari atmosfer.
Secara
keseluruhan sekitar 50% dari radiasi matahari sampai ke permukaan bumi ini meradiasikan
kembali sebagian energi melalui kisaran panjang gelombang yang luas, tetapi
terbanyak pada panjang gelombang 10-20
yaitu infra merah.
Radiasi
rata-rata yang dipantulkan ke ruang angkasa harus sama dengan yang diserap oleh
matahari. Oleh karena itu sejumlah energi harus mengalir dari daerah tropik ke
daerah kutub di dalam atmosfer. Aliran energi ini merupakan sistem aliran udara
panas ke arah kutub dan aliran udara dingin dari kutub ke arah tropik dan ini
akan dinyatakan dengan aliran laut.
4. BAHAN
KIMIA DAN REAKSI-REAKSI FOTOKIMIA DALAM ATMOSFER
Reaksi-reaksi
kimia membutuhkan energi dan radiasi cahaya matahari dapat menyediakannya.
Dalam reaksi kimia, cahaya merupakan partikel-partikel yang disebut photon yang energinya (E) tergantung
pada panjang gelombangnya yang dinyatakan dengan persamaan,
E =
1,196 x 105 kj/Einstein
E =
1,196 x 105 kcal/mole
dimana
Einstein adalah bilangan Avogardo (6,023 x 1023) dari photon. Seperi
radiasi ultra violet (UV) mempunyai energi yang cukup kuat untuk
memecahkan/memutuskan ikatan kimia, absorbsi dari suatu photon menyediakan
energi yang mendesak elektron kepada suatu keadaan berenergi tinggi yang
kemudian tereksitasi dengan cepat. Energi
yang dilepaskan tampak sebagai panas, fenoresence, atau mengaktivasi
ikatan kimia untuk siap bereaksi. Oleh karena itu penyerapan cahaya oleh
zat-zat kimia dapat menyebabkan terjadinya reaksi yang tidak akan terjadi pada
media tanpa cahaya.
Reaksi
Foto Kimia
Reaksi-reaksi
fotokimia meskipun pada keadaan tanpa katalis dapat berlangsung pada suhu yang
lebih rendah dibandingkan dengan reaksi lainnya. Beberapa reaksi fotokimia yang
dipengaruhi radiasi matahari, memegang peranan penting dalam menentukan sifat
dan batas perjalanan zat-zat kimia dalam atmosfer.
Nitrogen
dioksida (NO2) merupakan jenis senyawa kimia yang secara fotokimia
paling efektif dalam atmosfer tercemar, dan merupakan komponen utama dalam
proses pembentukan kabut. Suatu spesi seperti NO2 dapat mengabsorbsi
cahaya dari energi hv dalam suatu reaksi yang menghasilkan suatu
molekul dengan sebuah elektron tereksitasi yang dinyatakan dengan tanda *.
NO2 + hv NO2
Molekul-molekul dengan elektron tereksitasi adalah salah satu
dari tiga jenis spesi yang relatif reaktif dan tidak stabil
yang jumlahnya sangat banyak di atmosfer
dan banyak berperan dalam proses-proses kimia atmosfer. Dua jenis lainnya adalah
atom-atom atau fragman-fragmen molekuler dengan elektron tidak berpasangan,
yang disebut radikal bebas, dan atom-atom terionisasi atau fragmen-fragmen molekuler.
Sebuah molekul yang memperoleh energi dari
penyerapan cahaya akan kehilangan energi dengan sejumlah proses. Jenis
tereksitasi seperti O2* memberikan
energinya ke molekul atau atom-atom yang dinyatakan dengan Mg, oleh suatu
proses yang dikenal sebagai pemadaman
fisik.
O2*
+ Mg O2 + Mg
Akibat
proses yang terjadi ini, terjadilah kenaikan kalor disekelilingnya, spesi dalam
keadaan tereksitasi dapat mengalami disosiasi, suatu proses yang dominan
terjadi pada atom oksigen dalam atmosfer dengan altitude yang lebih tingi.
O2* O
+ O
Spesi yang tereksitasi juga
dapat melalu suatu reaksi, seperti :
O2 + O3 2
O2 + O
Energi
yang khusus dari luminisensi disebut fenoresensi
ataau fosforesensi. Bila spesi yang tereksitasi
berasal dari suatu reaksi kimia, emisi cahayanya disebut “chemiluminecence”. Fenomena luminacence dan chemiluminecence
digunakan dalam analisis kimia. Chemiluminecence terutama efektif untuk
analisa dari beberapa pencemar udara seperti ozon. Kedua
fenomena diatas tadi sering terjadi pada fenomena langit. Misalnya ada energi cahaya
atmosfer yang disebut cahaya langit (airglow) yang disebabkan oleh adanya chemiluminecence
dari radikal hidroksilyang tereksitasi.
O3 + H OH+
+ O2
OH* OH
+ hv
Penyerapan radiasi yang
sangat energetik dapat menyebabkan pelepasan sebuah elektron,
N2 + hv N2* + e-
Suatu
proses yang disebut fotokimia. Fotokimia
sering digolongkan kedalam sub kategori dimana sebuah disosiasi menghasilkan elektron.
Ion-Ion
Dan Radikal Dalam Atmosfer
Suatu
karakteristik dari atas atmosfer yang tidak dapat terjadi di laboratorium
adalah kehadiran elektron-elektron dan ion positif
secara signifikan. Oleh karena kondisi dengan media yang sangat jarang dibagian
atmosfer yang lebih tinggi, maka ion-ion ini akan terdapat dalam jangka
waktu yang cukup lama sebelum bergabung kembali menjadi
spesi yang netral.
Pada
altitude kurang lebih 50 Km dan diatasnya, ion-ion sangat umum terdapat didaerah tersebut sehingga dinamakan ionosfer (lapisan ion-ion).
Adanya lapisan tersebut telah diketahui sejak tahun 1901, setelah ditemukan
bahwa gelombang radio dapat di transmisikan melalui jarak jauh.
Cahaya
ultraviolet merupakan pembentuk utama dari ion-ion dalam ionosfer. Dalam
keadaan gelap, ion-ion perlahan bergabung dengan elektron bebas. Proses ini
berlangsung cepat terutama di daerah yang lebih rendah dari ionosfer.
Medan magnet bumi sangat
memberikan pengaruh kepada ion-ion dalam atmosfer bagian yang
lebih tinggi. Manifestasi dan fenomena ini dikenal dengan Van Allen Belts (sabuk Van Alen), yang ditemukan pada tahun 1958,
daerah ini terdiri dari dua sabuk dari partikel-partikel dalam bentuk ion yang
mengelilingi bumi seperti terlihat pada gambar dibawah. Dibagian dalam, yaitu
daerah ionisasi energetik tinggi terdiri dari proton-proton dan bagian luar
terdiri dari elektron-elektron.
Dibagian lebih atas atmosfer, radiasi
elektromagnetik dapat menghasilkan radikal
bebas sebagai salah satu bentuk lain
dari pembentukan ion-ion fotoionisasi.
Radikal bebas merupakan
spesi yang sangat penting dalam atmosfer karena terlihat secara signifkan dalam
fenomena kimia atmosfer. Spesi tersebut bisa dalam bentuk atom atau kelompok atom-atom dengan elektron tidak
berpasangan dan sangat bersifat reaktif. Di atmosfer bagian atas, radikal bebas
memiliki waktu paroh yang hanya beberapa menit saja meskipun ada yang lebih
lama. Rdikal bebas dapat terlibat
dalam reaksi dimana radikal bebas yang lain terbentuk dari reaksi tersebut,
contoh :
O3 + HO* → O2 + HOO*
HOO* +
O → HO* + O
Dari reaksi diatas
tampak radikal bebas hidroksil, HO* yang sangat reaktif dalam reaksinya dengan
ozon, O3, menghasilkan
radikal lain, HOO* dan radikal pada reaksi lebih lanjut menghasilkan
kembali radikal bebas HO*.
Reaksi lain dari radikal bebas adalah
terjadinya penghancuran radikal yang
satu oleh radikal bebas
lainnya sehingga reaksi rantai yang terjadi bisa berhenti.
O
|
Reaksi ini disebut
reaksi terminasi rantai (“chain-terminating-reaktion”). Reaksi-reaksi yang
melibatkan radikal bebas bertanggung
jawab terhadap pembentukan kabut asap (smog).
Radikal bebas sangat
reaktif oleh karena itu secara umum mempunyai waktu paroh yang sangat singkat.
Sangat penting untuk membedakan anatara kereaktifan dengan kestabilan. Untuk radikal bebas
disamping sangat reaktif juga sangat stabil. Oleh karena itu radikal bebas dan
atom-atom “single” yang berasal dari molekul-molekul gas dengan dua atom
cenderung tetap berada di daerah dengan altitude yang sangt tinggi. Sedangkan
spesi yang teriksitasi secara elektronik mempunyai waktu paroh yang secara umum
sangat singkat karena
energi yang hilang melalui radiasi.
Reaksi-Reaksi
Oksigen Atmosfer
Reaksi yang umum dari
perubahan dari oksigen dalam atmosfer, litosfer, dan biosfer dapat dilihat pada
gambar dibawah.
Gambar.
Siklus oksigen
Siklus oksigen
merupakan hal yang sangat penting dalam kimia atmosfer, perubahan/transformasi
geokimia dan proses-proses kehidupan.
Oksigen dalam troposfer
memegang peranan yang sangat penting pada proses-proses yang terjadi di
permukaan bumi. Oksigen atmosfer mengambil bagian dalam reaksi yang
menghasilkan energi. Seperti pada pembakaran bahan bakar fosil,
CH4 + 2
O2 → CO2 2 H2O
(dalam gas alam)
Oksigen atmosfer
digunakan oleh organisme aerobik dalam proses degradasi bahan organik.
Proses-proses oksidasi oleh udara membutuhkan oksigen atmosfer seperti :
4FeO + O2 → 2
Fe2O3
Oksigen memasuki udara melalui reaksi
fotosintesis tanaman :
CO2 + H2O +
hv → {CH2O} + O2
(gas)
Semua bentuk oksigen
dalam bentuk molekul yang sekarang ada dalam atmosfer bermula dari kegiatan fotosintesis
oleh organisme,
yang memperlihatkan pentingnya fotosintesis tersebut dalam keseimbangan oksigen
dalam atmosfer. Artinya meskipun pembakaran dari bahan bakar fosil membutuhkan
banyak oksigen, hal ini tidak membahayakan kontinuitas oksigen dalam atmosfer.
Oksigen di atmosfer
yang lebih tinggi berbeda dengan oksigen yang lebih rendah karena adanya
pengaruh dari radiasi ionisasi. Dalam daerah ini oksigen terdapat dalam bentuk
oksigen atom, O, molekul oksigen tereksitasi, O2*, dan ozon, O3. Kurang dari 10% oksigen
dalam bentuk O2 terdapat dalam atmosfer pada altitude kurang lebih
400 Km.
Atom oksigen dalam keadaan
“ground state” (elektron tidak
tereksitasi) biasanya dinyatakan sebagai O. Adapun atom-atom oksigen yang
elektronnya tereksitasi dinyatakan sebagai O*. Spesi ini dihasilkan
dari fotosintesis ozon pada panjang gelombang dibawah 308 μm.
O3 +
hv → O*
+ O2
Atau oleh reaksi kimia dengan energi tinggi, seperti
O +
O + O
→ O2 + O*
Atom oksigen tereksitasi memancarkan cahaya
tampak pada panjang gelombang 636 μm 630 μm, dan 558 μm. Hal ini juga merupakan
penyebab dari suatu fenomena yang dikenal dengan “air glow”.
Ion-ion oksigen, O+, dapat
dihasilkan bila atom oksigen terkena radiasi ultraviolet.
O +
hv → O+
+ e
Ion oksigen yang bermuatan positif ini
merupakan ion positif yang utama yang
terdapat dibeberapa bagian ionosfer. Ion ini selanjutnya akan bereaksi lebih lanjut
membentuk ion-ion positif penting lainnya :
O+ + O2 → O2+ + O
O+ + N2 → NO+ + N
Dibagian tengah ionosfer, seperti O2+ dihasilkan oleh oksidasi radiasi ultraviolet
pada panjang gelombang 17 – 103 μm,
O2 +
hv → O2+ + e
Reaksi ini juga dapat terjadi dengan
adanya sinar X berenergi rendah. Reaksi dibawah ini.
N2+ O2 → N2 + O2+
Juga menghasilkan O2+
di bagian tengah ionosfer.
Ozon,
O3, suatu senyawa oksigen yang sangat signifikan
ditemukan distratosfer. Ozon mengabsorpsi radiasi ultra violet yang berbahaya
yang berfungsi sebagai pelindung mahkluk hidup di bumi dan
sejumlah pengaruh
radiasi tersebut. Ozon
dihasilkan dari reaksi fotokimia berikut :
O2 +
hv → O
+ O
O + O2 +
M → O3 + M
dimana
M adalah spesi lain, seperti molekul N2 atau O2 yang
mengabsorbsi kelebihan
energi yang dilepaskan reaksi
dan memungkinkan molekul-molekul ozon tinggal bersama-sama. Daerah dimana ozon
ditemukan dalam konsentrasi maksimum berkisar antara 25-30 km dalam stratosfer,
konsentrasinya
dapat mencapai 10 ppm.
Sinar ultraviolet yang
diabsorbsi ozon secara intensif di
daerah 220-230 µm. Bila sinar tersebut tidak diabsorbsi oleh ozon, maka
berbagai kerusakan terjadi terhadap kehidupan
di permukaan bumi.
Ozon dapat mengurai
menjadi O2 :
O3
O2
dan ini terjadi di
stratosfer yang dikatalis oleh sejumlah bahan kimia baik sacara alamiah maupun
polutan, seperti NO, NO2, N2O,HO,HOO,ClO,Cl,Br dan BrO.
Reaksi penguraian ozon
yang terbaur diketahui adalah reaksi ozon dengan atom oksigen,
O3 + O O2 + O2
Dimana atom oksigen
yang diperlukan berasal dar reaksi pemisahan ozon yang lain,
O3 + hv O2 + O
Reaksi
ini dapat menguraikan ozon hanya kira-kira 20 %. Reaksi lain yang dapat
menguraikan kira-kira 10 % ozon adalah reaksi dengan radikal hidroksil, OH_
yang dihasilkan dari reaksi-reaksi fotokmia dari H2, O2
dan H2O di stratosfer. Reaksi yang masuk akal urutannya
sebagai berikut :
O3 + HO●
O2 + HOO●
HOO● + O HO●
+ O2
Penyebab kerusakan ozon
di stratosfer telah diketahui juga yaitu NO, yang menyebabkan terjadinya reaksi
rantai sebagai berikut :
O3 + NO NO2
+ O2
NO2 + O NO + O2
Gas NO merupakan bahan
pencemar dikeluarkan oleh pesawat supersonik yang sedang terbang tinggi.
Reaksi-reaksi
dari Nitrogen Atmosfer
Nitrogen
merupakan salah satu pengukur atmosfer dengan kandungan yang paling tinggi. Tidak seperti oksigen yang mengalami disosiasi hampir sempurna menjadi mono
atom di daerah atmosfer
dengan altitude yang lebih tinggi, molekul Nitrogen terdisosiasi secara
langsung oleh radiasi ultraviolet. Tetapi, pada altitude melebihi 100 km, atom
Nitrogen dihasilkan oleh reaksi
fotokimia.
N2 + hv N + N
Reaksi-reaksi lainnya
yang dapat menghasilkan Nitrogen mono atom adalah :
NO2+ + O NO+ + N
NO+
+ e N + O
O+ + N2 NO+
+ N
Di
lapisan ionosfer , yang disebut daerah E,
NO+ merupakan ion yang dominan. Ionosfer terendah, yaitu
daerah D, yang mempunyai ketnggian lebih kurang 50 km sampai lebih kurang 80 Km,
NO+ dihasilkan langsung dari radiasi ionisasi :
NO + hv NO+
+ e
Pada daerah lebih rendah dari daerah D, terbentuk ion N2+ melalui kerja sinar
kosmik galastic melalui reaksi : N2 + hv N2+
+ e
Zat-zat
pencemar oksida nitrogen, terutama NO2, merupakan jenis percemar
utama dalam pencemaran udara dan pembentukan kabut fotokimia.
Sebagai
contoh, NO2 mudah terdisosiasi secara fotokimia menjadi NO dan
oksigen atomic yang reaktif :
NO + hv
NO + O
Radikal
Hidroksil dan Hidroperoksil di Atmosfer
Akhir-akhir
ini pentingnya radikal hdroksil HO●, dalam atmosfer, merupakan
fenomena kimia yang mendapat pengakuan yang makin meningkat. Radikal ini dapat terbentuk
melalui berbagai proses. Pada altitude lebih tinggi, reaksi pembentukan radikal
hidroksil yang umum adalah fotolisis dari air, yang juga memberikan kontribusi
yang cukup besar dari hydrogen atomik dalam atmosfer.
H2O + hv NO● + H
Dalam
kehadiran bahan organic, radikal hidroksil dihasilkan dalam jumlah yang cukup
banyak sebagai bahan intermediate
pada pembentukan fotochemical smog.Untuk
tujuan eksperimen di laboratorium, sangat tepat untuk menghasilkan radikal
hidroksil dengan jalan fotolisis uap asam nitrat seperti reaksi berikut ini :
HONO + hv HO● + NO
Radikal
hidroksil sering dapat dihilangkan dari lapisan troposfer melalui reaksi dengan
gas metana atau karbon monoksida :
CH4 + HO● H3C
+ H2O
CO + HO● CO2 + H●
Selanjutnya radikal
metal yang mempunyai kereaktifan tinggi, H3C●, bereaksi
dengan oksigen
H3C
+ O2 H3COO●
+ H2O
Membentuk radikal metil
peroksil, H3COO●.
Radikal hidrokperoksil terbentuk ketika hidrogen
atomic yang dihasilkan dari reaksi :
CO + HO● CO2
+ H●
Bereaksi dengan oksigen
H● + O2 HOO●
Radikal hidroperoksil
dapat mengalami reaksi rantai terminasi seperti berikut ini :
HOO● + HO● H2O
+ O2
HOO● + HOO● H2O2 + O2
Hidrogen
peroksida, H2O2 yang terbentuk dapat keluar dari atmosfer
dengan jalan pengendapan. Radikal hidroperoksil dapat bereaksi lebih lanjut
yang menghasilkan kembali radikal HO● ketika bereaksi dengan NO,
atau ozon,O3.
HOO● + NO NO2
+ HO●
HOO●+ O3 2 O2 + HO●
Radikal
hidroperoksil bereaksi lebih lambat dengan spesi lain daripada radikal
hidroksil. Sukar untuk mempelajari radikal ini karena tidak mudah untuk
memperoleh radikal hidroksil secara bebas.
Karbon
Dioksida Atmosfer
Komponen
karbon dioksida, CO2, hanya 0,034% volume sebagai gas penyusun
atmosfer. Hampir sama dengan uap air, karbon dioksida merupakan
komponen-komponen yang mempunyai fungsi utama untuk mengabsorbsi energi infra
merah yang dipancarkan kembali oleh bumi. Para ilmuwan mengkhawatirkan bahwa
tingkat konsentrasi karbon dioksida yang berubah meningkat tajam akan
menyebabkan terjadinya perubahan iklim di bumi sebagai akibat dari terjadinya
efek rumah kaca.
Terjadinya
peningkatan karbon dioksida ini terutama disebabkan oleh meningkatnya
pembakaran bahan bakar fosil yang makin hari makin bertambah. Pengukuran yang
pernah dilakukan terhadap CO2 di atmosfer secara kontinu mulai tahun 1960 sampai 1985
di beberapa wilayah atmosfer seperti di Antartika ternyata terjadi peningkatan
kurang lebih 1 ppm per tahun (Manahan, 1994).
Diperkirakan adanya peningkatan suhu global dengan kenaikan suhu rata-rata
antara 1,5 sampai 4,5 0C. Akibat dari meningkatnya konsentrasi CO2 atmosfer juga memberkan
efek yang potensial terhadap terjadinya kerusakan lingkungan yang bersifat irreversible bahkan melebihi akibat
yang ditimbulkan oleh senjata nuklir.
Peningkatan
konsentrasi CO2 atmosfer yang sebagian besar disebabkan oleh
pembakaran bahan bakar fosil,juga disebabkan oleh perusakan hutan seperti
pembakaran hutan akan melepaskan gas CO2 yang cukup signifikan ke
atmosfer.
Oleh
karena itu konsentrasi CO2
alam sangat kecil
di atmosfer dan tidak cukup aktif dalam reaksi kimia maka dalam studi
reaksi-reaksi kimia atmosfer spesi ini relatif kurang signifikan. Namun
demikian didasarkan kepada tingkat/konsentrasi CO2, dan intensitas
radiasi ultraviolet matahari di lapisan teratas atmosfer.
CO2 + hv CO
+ O
Reaksi
ini merupakan sumber utama dari gas CO pada altitude yang lebih tinggi. Meskipun CO2 mengabsorbsi
radiasi infra merah cukup kuat, tetapi radiasi ini tidak cukup energik untuk
menyebabkan terjadinya reaksi Kimia.
Air
Dalam Atmosfer
Uap
air dalam atmosfer terdapat dalam konsentrasi yang cukup luas variasinya terutama di atmosfer paling
bawah. Secara normal kandungan uap air atmosfer berkisar antara 1-3 % volume,
meskipun udara ada yang hanya mengandung
0,1 % tetapi dapat juga mencapai 5%. Persentase dari kandungan uap air ini
menurun dengan cepat dengan bertambahnya altitude di atmosfer .Sirkulas dari
air yang melalui atmosfer terdapat pada gambar 2.1.
Air
menyerap radiasi infra merah bahkan lebih
kuat dari gas CO2. Awan
terbentuk dari uap air yang memantulkan cahaya yang berasal dari matahari dan
memberikan pengaruh kepada penurunan suhu. Sebaliknya pada malam hari uap
berfungsi sebagai selimut karena
menahan panas dari permukaan bumi dengan menyerap radiasi infra merah.
Di
atmosfer yang lebih tinggi air dalam bentuk gas terlihat pada pembentukan
radikal hidroksil,
HO●, dan radikal
hidroperoksil, HOO●. Salah satu efek yang berbahaya dari beberapa
bahan pencemaran udara adalah proses perkaratan dari alat-alat logam yang
terjadi karena adanya uap air di atmosfer. Kehadiran
uap air di atmosfer menyebabkan pencemaran dalam bentuk fog (asap kabut) di bawah
suatu kondisi tertentu.
Ketika
partikel-partikel es di atmosfer berubah menjadi tetes-tetes air, atau ketika
tetes-tetes air ini menguap, panas diambil dari sekitarnya. Kebalikan dari
proses –proses ini menyebabkan panas yang dilepaskan ke atmosfer sebagai panas
laten. Hal ini dapat terjadi pada jarak beberapa mil dari tempat dimana panas diabsorbsi
dan hal ini
merupakan suatu model dari transfer atau perpindahan energi ke atmosfer. Hal
ini merupakan model utama dari transisi
energi yang terdapat pada peristiwa angin ribut, angin topan dan
tornado.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa dinginnya di lapisan tropopause merupakan karier kepada
pergerakan air untuk memasuki lapisan stratosfir. Sumber utama dari air di stratosfer adalah
oksidasi fotokima dari metana : CH4
+ O3 CO2
+ H2O
Air
yang terbentuk inilah yang menjadi sumber
dari radikal hidroksil di stratosfir melalui reaksi : H2O + hv HO● +
H
dimana
radikal hidroksil merupakan suatu fenomena Kimia atmosfir yang meningkat
akhir-akhir ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
·
Pembagian wilayah
atmosfer dan karakteristiknya, yaitu :
Wilayah
(Region)
|
Suhu
(oC)
|
Altitude
(Km)
|
Spesi
bahan Kimia
|
Troposfer
Straposfer
Mesosfer
Thermosfer
|
Sampai
-56
-56
sampai -2
-2
sampai -92
-92
sampai 1200
|
0
sampai (10-16)
(10-16)
sampai 50
50
sampai 85
85
sampai 500
|
N2,
O2, CO2,
H2O
O3
O2,
NO+, O2, O+, NO+
|
·
Secara keseluruhan
sekitar 50% dari radiasi matahari
sampai ke permukaan bumi ini meradiasikan kembali sebagian energi melalui
kisaran panjang gelombang yang luas, tetapi terbanyak pada panjang gelombang
10-20
yaitu infra merah. Radiasi rata-rata yang
dipantulkan ke ruang angkasa harus sama dengan yang diserap oleh matahari. Oleh
karena itu sejumlah energi harus mengalir dari daerah tropik ke daerah kutub di
dalam atmosfer.
·
Oksigen di atmosfer
yang lebih tinggi berbeda dengan oksigen yang lebih rendah karena adanya
pengaruh dari radiasi ionisasi. Dalam daerah ini oksigen terdapat dalam bentuk
oksigen atom, O, molekul oksigen tereksitasi, O2*, dan
azon, O3, kurang dari 10%
oksigen dalam bentuk O2 terdapat dalam atmosfer pada altitude kurang
lebih 400 Km.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004.
Kimia Lingkungan. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.